AGAR NULIS BISA RUTIN

"Sukses bukanlah akhir perjalanan, kegagalan bukanlah akhir kehidupan, keberanian untuk terus berupaya; itulah yang utama." (Anonim)


Pepatah ini juga berlaku bagi seorang penulis. Bahwa menulis sejatinya adalah keterampilan yang juga sebuah proses. Bukan tentang kapan kita akan berhasil menuliskan sebuah karya besar dan lalu berhenti menulis, tetapi yang lebih utama adalah kemampuan untuk tetap bertahan dalam menulis demi menghasilkan sebuah karya yang akan dikenang atau bermanfaat bagi sesama. Karena "hanya dengan menulis setiap hari, seseorang dapat menjadi penulis. Jika tidak, dia akan tetap akan menjadi seorang amatir," begitu katanya.





Seorang penulis itu menulis, sementara seorang pemimpi bermimpi menulis. Sudah hafal banget pasti ya sama ungkapan jleb ini. Menulis itu memang tidak mudah, butuh ketekunan, riset, banyak baca, dan merenung. Tapi, kamu beli buku murah aja masih ditawar (˘_˘٥). Perihnya tuh di sini. Menulis itu sulit, pasti! Tapi bukannya mustahil. Dalam setiap kesulitan terkandung benih-benih kegemilangan. Salah satu cobaan berat para penulis pemula adalah sulitnya bertahan untuk terus rutin menulis, setiap hari. Padahal, "Hanya dengan menulis setiap hari, seseorang dapat menjadi penulis. Jika tidak, dia akan tetap akan menjadi seorang amatir." #jlebdobel

Lalu, bagaimana membangun kebiasaan menulis, ayo kita rame-rame bahas di #SeninMenulis hari ini. Orang dulu sering bilang, 'Ala bisa karena biasa.' Hal ini juga berlaku dalam dunia tulis-menulis.  Siapa yang rutin menulis, dia akan menjadi penulis. Sederhananya seperti itu. Perkara tulisannya diterbitkan atau tidak, itu lain hal. Tapi, yang rutin menulis biasanya naskahnya lebih cepat kelar daripada mereka yang ogah-ogahan, nah itu pasti. Sejatinya, Menulis termasuk keterampilan yang 'semakin sering kau melakukannya, semakin mahir dirimu melakukannya.' Bila disandingkan dengan hobi membaca, keterampilan menulis akan berkembang menjadi semakin baik. Tulisannya produktif sekaligus berisi. Penting sekali, terutama bagi para penulis pemula, untuk rutin menulis agar kemampuan menulisnya semakin bertambah, bukannya menghilang. Kemudian, bagaimana agar kegiatan menulis ini bisa berjalan dengan rutin? Berikut ini ada beberapa tips kekinian dari #SeninMenulis





(1) Milikilah Blog
Buatlah blog, kemudian rajin-rajinlah untuk meng-up date isinya #SeninMenulis. Memiliki blog di zaman kekinian ini bisa dibilang sama halnya dengan membaca postingan terbaru @AgusMagelangan. It's is a must! Asyiknya lagi, tidak perlu bayar untuk bisa memiliki sebuah blog. Gratis, cukup koneksi Internetnya saja yang bayar *padahal juga wifi-an. Beberapa verdor seperti Wordpress, Blogpot, dan Tumblr menyediakan jasa GRATIS untuk pembuatan blog. Mengapa penting bagi penulis pemula untuk memiliki blog? Agar ada semangat, dorongan, sekaligus sarana untuk menulis secara rutin.  

Sebuah blog akan 'hidup' ketika pemiliknya rutin dan rajin memposting tulisan baru ke dalam blog pribadinya. Jadi, kalau kamu ingin blogmu tetap hidup, kamu harus rutin dan rajin memposting tulisan (atau apa pun) di blog kamu. Cara ini efektif banget untuk 'memaksa' kamu buat menulis secara rutin. Setidaknya seminggu sekali. Kalau sudah bisa rutin seminggu sekali, bisa ditingkatkan menjadi tiga hari sekali misalnya. Dengan terbiasa menulis di blog secara rutin, kamu bisa cari-cari alasan untuk tetap menulis, meskipun sebenarnya kamu sedang malas. Ngeblog juga ampuh untuk menjaga keterampilan menulis kita, karena keterampilan menulis jika tidak pernah dilatih dan dipraktekkan, bisa semakin terlupakan. Kan, eman-eman.

Siapa di sini yang punya blog? Hayo kapan terakhir kali up-date blognya? Seminggu lalu, atau setahun yang lalu? Hayo, yang punya blog, bersihkan dulu sarang laba-laba di blogmu. Gunakan dan manfaatkan untuk rutin menulis. 


(2) Nulis rame-rame 
Selain memiliki blog, tips lain agar bisa rutin menulis adalah menulis bersama teman-temannya, dan temannya si teman beserta teman-teman yang lain #halah. Gimana maksudnya menulis beramai-ramai ini ya? Ya, nulisnya bareng-bareng gitu biar ada temennya. Eit, bukan berarti ini 100 orang pada ngumpul di alun-alun trus pada delosoran bohay njemur perut sambil nulis dengan gaya masing-masing loh. Menulis ramai-ramai ini maksudnya kita janjian menulis dengan beberapa teman. Jadi, kamunya menulis trus temenmu juga menulis. Nggak harus bareng tempatnya, tapi kalau bisa bareng waktunya. Misalnya saja, kamu dan tiga orang temanmu sama-sama bikin sebuah cerpen dalam waktu satu minggu. Setelah itu, tetapkan waktu kapan kasrya kalian harus selesai, biar mulainya bareng dan selesainya pun bareng. Mengapa harus bareng-bareng? Karena bareng-bareng itu cenderung menyenangkan (kecuali kalau suka sama cewek yang sama trus bareng-bareng sukanya eaakk duh). Kadang, sesuatu bila dikerjakan beramai-ramai akan lebih cepat selesai. Contoh: membangun jembatan, membangun rumah, membangun masa depan.

Begitu juga dalam menulis. Jika ada temennya, siapa tahu kita jadi lebih bersemangat. Apalagi kalau yang nemenin si doi #eaakkkk *baper dulu. Menulis ramai-ramai itu seru loh, nggak percaya? Ikutan @KampusFiksi deh. Kekuatan menulis beramai-ramai ini juga terbukti ampuh pada lomba-lomba kepenulisan. Ya rame lah wong pada DL-ers semua nulisnya hihihi. Jadi, ayo ajak teman kamu buat sama-sama menulis. Bikin target bulan ini kudu menulis (misal 100 halaman). Salinglah menyemangati. Sebagaimana slogan @KampusFiksi: "Menulis berbeda dengan menjadi penulis. Yang pertama bisa sendirian, yang kedua butuh teman." Dengan teman, semuanya bisa jadi terasa lebih menyenangkan. Termasuk dalam menulis. Siapa tahu, dari teman trus jadian #eh. Menjadi penulis memang harus berani menempuh jalan kesunyian. Tetapi, tidak akan sesunyi itu jika kamu punya teman dalam menulis. Penulis mungkin produk kesunyian, tetapi karyanya harus bisa meramaikan dan menghingar-bingarkan dunia. OK, Deal? 

(3) Nulis dengan DL-mu sendiri
Tips ketiga agar menulis bisa rutin adalah Bikin deadline atau tenggat waktu atau batas akhir naskahmu kudu selesai ditulis #SeninMenulis. Tuhan menciptakan DL agar manusia tidak berleha-leha dalam kemalasan, agar mereka sadar bahwa semua ada akhirnya, termasuk tulisanmu. Waktu kita terbatas di dunia ini, dan tiada kita yang tahu kapan batas terakhir dari hidupnya. Jadi, mengapa tidak segera berkarya? Karena harimau mati meninggalkan belang, sementara manusia mati meninggalkan nama (nama yang tertoreh dalam karya)

Karena itu, rutinlah menulis karena kamu tahu bahwa waktumu tidak selamanya. Kenapa menunggu dan menunda-nunda? Sisakan, atau sempatkan setengah atau satu jam dalam sehari khusus untuk menulis dan merampungkan karya besarmu. Biar sedikit tapi rutin. Sedikit-sedikit tapi rutin setiap hari, itu jauh lebih bagus daripada banyak-banyak tapi tidak pernah dilakukan. Beranilah untuk menetapkan tenggat waktu bagi selesainya naskah kamu. Biar kamu ingat, semua ada batasnya, kecuali cinta yang katanya tiada berbatas #eaakkk!Tidak ada waktu terbaik untuk menulis. Yang terbaik adalah: Menulislah. Sekarang ... juga! --> http://on.fb.me/1oCAv08 


Komentar